Looking For Anything Specific?

ads header

Rajin Olahraga Karena FOMO Semata?

Rajin Olahraga
Beberapa potret saat aku berolahraga

Kamu kenapa sekarang jadi rajin olahraga? Karena FOMO, ya?

Pertanyaan di atas cukup sering kuterima sejak aku menjadi rajin olahraga dan cukup aktif membagikan potretnya ke sosial media.

Mungkin, karena akhir-akhir ini memang sedang banyak sekali orang-orang yang juga membagikan momen saat mereka berolahraga kali, ya? Jadi banyaklah yang dikira rajin olahraga karena FOMO semata.

Padahal, sebenarnya aku lebih rajin olahraga saat sebelum pandemi dibanding beberapa waktu terakhir ini. Tapi, dulu cuma sekadar jalan kaki tiap pagi, atau aerobic di rumah bermodalkan panduan YouTube.

Awal mula kemalasan berolahraga menyapaku adalah ketika pasar di desaku harus ditutup sementara karena ada beberapa pedagang yang terkena Covid-19.

Aku yang biasanya tiap hari rajin jalan pagi sambil sekalian berbelanja, jadi punya alasan untuk gak jalan kaki lagi. Kan, pasarnya tutup.

Bukan cuma malas jalan kaki, aku juga jadi malas keluar rumah. Karena apa-apa bisa diakses via daring.

Banyak sekali pedagang yang berjualan di Facebook. Mulai dari sayuran dan perbumbuan, hingga lauk matang.

Semuanya lengkap dan banyak pula yang bersedia mengantarkan hingga ke rumah dengan gratis ongkos kirim.

Kalau gak gratis, ya paling mentok bayar ongkir cuma 8rb saja. Kombinasi yang sangat cocok untuk mendukung magerku.

Apakah Aku Rajin Olahraga Karena FOMO Semata?

Kalau ditanya apakah aku rajin olahraga karena fear of missing out semata? Ya, jawabannya jelas enggak.

Soalnya, teman-temanku sudah banyak yang suka berbagi hobi berolahraganya di sosial media jauh sebelum aku nyemplung.

Kalau sekarang kesannya makin banyak orang yang share di sosmed, ya bisa jadi karena kalian menanggapi postingan tersebut. Jadilah aplikasinya menganggap kalian tertarik dengan konten sejenis.

Akhirnya, muncul berbagai postingan serupa. Padahal, bisa jadi ya memang mereka yang mengunggah konten tersebut sudah tertarik dengan olahraga sejak lama.

Atau ya, mungkin karena sekarang ini semua orang sudah sangat familiar dengan dunia perkontenan. Jadi, kenapa enggak sih, kalau emang itu hal positif?

Terus, Kenapa Aku Jadi Rajin Olahraga?

Kalau boleh jujur, awalnya tuh karena aku merasa badanku isinya lemak doang. Haha.

Meski berat badanku cuma 53 kg. Which is gak gendut banget lah ya, look-nya buat aku yang tingginya mini (152 cm).

Tapi, aku mulai merasa aneh sama diri sendiri. Aku merasa gak nyaman sama perutku yang tiap hari makin buncit. Plis lah, lingkar perutku pernah sampai 90 cm. Bayangkan!

Bisa dibilang, aku gak gemuk. Cuma, perutku buncit. Parahnya lagi, ini bukan perkara karena aku sudah pernah hamil dan melahirkan.

Banyak sekali yang mencoba menghibur ketika aku mengeluh tentang perutku. Katanya, "Namanya perempuan udah punya anak. Wajar lah buncit."

Nooo! Aku gak bisa menerima kewajaran itu. Sebelumnya, lingkar perutku masih 75 cm. Sampai akhirnya pandemi melanda, bayiku sudah tidak lagi minum ASI, aku malas olahraga, makanku sama seklai gak kujaga, dan begadang terus aku hobinya.

Mulai sadar jika tubuhku bermasalah

Karena saat menatap cermin aku jadi kesal sama tubuhku, aku pun mencari tahu dengan membaca banyak tulisan mengenai perut buncit.

Ternyata, masalahku memang bukan karena sudah menjadi seorang ibu. Namun, karena selama pandemi, aku juga jadi suka makan makanan yang tidak sehat.

Aku jadi menyadari, bahwa buncitnya perutku ini merupakan sinyal tubuh yang diberikan supaya aku lebih waspada.

Percayalah, sampai banyak yang mengira aku tengah hamil lagi karena perutku yang terlalu buncit.

Bahkan, aku pernah dibilang cacingan karena perutku yang terlalu menonjol ini.

Karena sadar jika dibiarkan terus-menerus aku bisa kehilangan rasa percaya diri dan rasa cinta kepada diri sendiri. Akhirnya aku mulai memikirkan langkah untuk mengecilkan lingkar perutku ini.

Karena belum sanggup untuk diet


Sayangnya, aku belum bisa mengembalikan kontrol makanku ke versi sebelumnya. Porsi makanku memang jadi berlipat ganda sejak hobiku rebahan saja.

Berulang kali konsultasi kepada rekan yang sudah lama bergelut di dunia kebugaran. Dia hanya menyarankan untuk pertama menjaga pola tidurku.

Oh, ternyata setelah kutelusuri lebih jauh, hobi begadang memang berpengaruh ke hormon yang mengatur rasa lapar kita.

Sudah tahu begadang itu gak sehat, tetap saja aku masih gemar melakukannya. Bahkan, hingga tulisan ini terunggah. Hmmm, dasar aku!

Ya, karena aku belum sanggup melakukan diet—belum kuat imannya—belum juga bisa untuk tidak tidur lewat tengah malam.

Akhirnya, aku pun mempertimbangkan opsi untuk rajin berolahraga. Setidaknya, supaya tidak hanya lemakku yang terus bertambah, tetapi massa ototku juga.

Mestruasi tidak teratur

Sebenarnya, sejak gadis aku tidak pernah mempermasalahkan hal ini. Menstruasi tidak teratur yang kualami kerap kali datang ketika tengah banyak kegiatan, jadi kurasa karena kelelahan.

Namun, seiring bertambahnya kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri, hal ini ternyata cukup mengganggu juga.

Akhirnya, aku mulai mencari tahu kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan menstruasiku tidak teratur, mulai dari konsultasi ke bidan  hingga membaca banyak tulisan di internet.

Selain karena hobi makan junk food, kurasa memang aktivitas fisikku kurang. Belum lagi metabolisme tubuh yang tentu berbeda dibanding saat masih remaja.

Dengan rajin olahraga tentu akan sangat membantu menyeimbangkan hormon dalam tubuh.

FOMO semata juga tidak apa, kan?

Olahraga yang kuikuti cukup rutin ini memang terbilang sedang ngetrend di kalangan masyarakat luas. Siapa sih, yang nggak tahu poundfit? Rasanya, hampir semua orang tahu mengikutinya.

Selain poundfit, aku juga rutin ikut yoga. Jenis yoga yang kuikuti ini adalah perpaduan antara yoga dan pilates. Lain kali, kutuliskan lebih detail mengenai olahraga satu ini.

Dibanding yoga, aku lebih dulu ikut poundfit. Jika dibilang FOMO, ah rasanya tidak. Mengingat aku ikut ketika olahraga ini sudah menjamur di berbagai wilayah di Gresik dan sekitarnya.

Awalnya, aku memang sudah mempertimbangkan ingin rutin berolahraga. Namun, belum tahu olahraga apa  yang cocok. Jika olahraga sendiri pun, aku masih belum menemukan semangat lagi. Hehe.

Akhirnya, karena melihat beberapa teman cukup aktif membagikan aktivitas mereka ketika poundfit di story WhatsApp. Setelah banyak berpikir dan telah mendapat izin dari suami, aku pun memutuskan mencoba ikut poundfit. Lagipula, aku bisa mencoba olahraga lain jika memang tidak cocok.

Meski begitu, rasanya meski mau rajin olahraga karena FOMO semata juga tidak apa. Selama dapat memberikan dampak positif kepada yang melakukan, kenapa tidak boleh?

Selama dengan rajin olahraga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, FOMO semata juga sepertinya tidak buruk. Menurut kalian bagai mana?

Posting Komentar

12 Komentar

  1. Aku juga agak takut klo posting olahraga di sosmed. Takut dibilang FOMO. Yaudah posting olahraga sesekali pas pengen banget. Padahal dulunya juga udah mulai olahraga meski gak rutin. Sekarang semakin rutin dan memprioritaskannya karena merasa butuh dan sadar kesehatan hari tua. Olahraga yang kupilih maraton dan badminton karena fokusku pada kekuatan kaki. Sehat dan bugar terus ya, wahai tubuh kita :)

    BalasHapus
  2. Selalu salut sama mereka-mereka yang rutin dan rajin olahraga. Kalau awak cuma rutin aja, jalan kali keliling kompleks sekali setahun🤣.

    Tapi aku sih setuju dengan kalimat penutup Kakak. Selama rajin olahraga gak merugikan diri sendiri dan orang lain, mau dibilang FOMO, ya los situ... Mulut orang gak bisa kita kontrol ya kan. Wkkk...

    BalasHapus
  3. Semangat yang konsisten olahraga. Kalau konsisten olahraga dan konsisten upload di medsos bisa jadi tidak dikatakan fomo. Salam olahraga

    BalasHapus
  4. Semakin "berumur", kita semakin sadar bahwa olahraga penting dan terasa banget manfaatnya untuk tubuh. Kalau ditarik ke agama, olahraga bagian dari syukur atas nikmat sehat kepada Allah Swt. Jadi mau dibilang Foto, demo, atau soto, biarkan saja suara simbang itu berlalu. Toh yg penting perut buncit kita menghilang.

    BalasHapus
  5. Tetap semangat berolahraga ya Mba. Saya pun kayaknya harus rutin olah raga nih agar badan semakin sehat. Terima kasih semangatnya Mba April

    BalasHapus
  6. Tentang belum bisa ninggal begadang ini sama banget. Ternyata mempengaruhi hormon rasa lapar juga ya. Pantas kalau lagi sering begadang, saya jadi makin sering pengin ngemil 😄

    BalasHapus
  7. Dari sini saya jadi mengenal istilah FOMO, dapat update satu istilah:). Apapun orang bilang terus semangat olahraganya kak!

    BalasHapus
  8. Fomo utk sesuatu yg baik, ya gak pa2 la kak. Hempaskan mulut2 pedas netizen. Meski kita punya triger sendiri dlm melakukan sesuatu. Org gk akan paham itu. Lanjutkan kak!!! Semangat !

    BalasHapus
  9. Dari kemarin ingin olah raga tapi belum kesampaian 🤭. Saya kagum dengan orang yang konsisten apalagi suka berolahraga. Gimana ya untuk memulai melakukan olah raga karena dari kemarin gagal selalu untuk melakukan kegiatan olahraga?

    BalasHapus
  10. Potretannya berasa lihat atlit nih Mbak. Wuah, olahraga ini mengasyikkan. Saya malahan kalau disuruh olahraga malah mageran. Bisalah ya habis ini saya buat jadwal olahraga juga. Minimal 15 menit jadilah.

    BalasHapus
  11. Saya juga awalnya ikut olahraga lari karena fomo, eh..keterusan.
    Ternyata fomo itu perlu juga ya untuk pembiasaan.

    BalasHapus
  12. Lagi rutin olahraga juga sejak tahun lalu. Lebih ke jogging sama brisk walking aja sih. Nggak karena Fomo tp karena kondisi tubuh dan jiwa yang mengharuskan. Ternyata olahraga itu manfaatnya ga cuma buat raga, tp bisa ngusir masalah psikis juga. Bikin pikiran lebih fresh. Semangat terus kitaa

    BalasHapus